Skema Inverter DC 12V

√ Skema Inverter DC 12V to AC 220V Sederhana dan Cara Kerjanya

Posted on

Elektronikindo.com – √ Skema Inverter DC 12V to AC 220V Sederhana dan Cara Kerjanya. Inverter adalah perangkat elektronik yang digunakan untuk mengubah arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC). Dalam aplikasi yang lebih sederhana, seperti pada sistem tenaga surya atau kendaraan listrik, inverter DC 12V to AC 220V sangat dibutuhkan untuk mengubah sumber daya listrik dari baterai menjadi listrik yang bisa digunakan untuk perangkat rumah tangga.

Skema inverter jenis ini menawarkan solusi praktis bagi mereka yang membutuhkan sumber energi alternatif yang efisien tanpa harus bergantung pada jaringan listrik utama. Dalam artikel ini, kita akan membahas cara kerja dan komponen-komponen utama dalam skema inverter DC 12V to AC 220V yang sederhana namun efektif.

Pembuatan inverter DC ke AC ini tidak hanya bergantung pada komponen yang tepat, tetapi juga pemahaman tentang prinsip dasar konversi energi listrik. Di dalamnya, proses konversi dimulai dengan mengubah tegangan DC menjadi bentuk gelombang pulsa yang kemudian diubah menjadi AC dengan bantuan transistor atau IC.

Proses ini memungkinkan inverter untuk menghasilkan output AC 220V yang sesuai dengan standar rumah tangga, meskipun menggunakan input DC 12V yang relatif rendah. Artikel ini akan memandu pembaca dalam memahami komponen-komponen yang digunakan, serta langkah-langkah yang diperlukan dalam merakit inverter sederhana ini.

Apa Itu Inverter?

Inverter adalah perangkat yang berfungsi untuk membalikkan atau mengubah suatu sinyal dari satu bentuk atau level tegangan ke bentuk atau level yang berbeda. Kata “inverter” berasal dari kata “inverting” yang artinya membalikkan, dan “invers” yang berarti kebalikan.

Dalam konteks elektronik, inverter digunakan untuk mengubah sinyal atau tegangan dari satu jenis ke jenis lainnya, seperti mengubah tegangan arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC), atau dalam aplikasi logika, mengubah sinyal digital dari level low ke high, atau sebaliknya.

Pada inverter jenis DC ke AC, yang dibalik adalah tegangan DC yang memiliki satu arah aliran listrik, menjadi tegangan AC yang memiliki dua arah aliran listrik secara periodik. Biasanya, tegangan DC yang diubah adalah tegangan 12V, yang berasal dari sumber daya seperti aki atau akumulator.

Tegangan 12V ini kemudian dikonversi menjadi tegangan AC 220V, yang merupakan tegangan standar untuk kebanyakan perangkat elektronik dan peralatan rumah tangga. Inverter jenis ini sangat berguna dalam sistem tenaga surya, kendaraan listrik, dan berbagai aplikasi lainnya, yang memerlukan konversi daya DC menjadi AC untuk dapat digunakan dalam peralatan yang memerlukan tegangan AC.

Daftar Komponen yang Digunakan

Untuk merakit inverter sederhana DC 12V to AC 220V, diperlukan berbagai komponen elektronik yang bekerja sama dalam mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC. Berikut adalah daftar komponen yang umumnya digunakan dalam rangkaian inverter tersebut:

  1. Trafo Non CT 2-3 Ampere
    Trafo atau transformator berfungsi untuk menaikkan tegangan output dari inverter. Dalam skema ini, digunakan trafo non-center-tapped (non-CT) dengan kapasitas 2-3 ampere yang dapat mengubah tegangan AC dari inverter menjadi tegangan 220V AC yang dibutuhkan untuk menyalakan perangkat elektronik.
  2. Elco 1000uF
    Elco atau kapasitor elektrolit dengan nilai 1000uF berfungsi untuk menyaring dan menstabilkan tegangan DC yang masuk ke rangkaian inverter. Komponen ini membantu mengurangi fluktuasi tegangan yang bisa mengganggu kinerja inverter.
  3. Elco 2200uF
    Kapasitor dengan nilai 2200uF memiliki fungsi yang serupa dengan elco 1000uF, tetapi dengan kapasitas lebih besar. Penggunaan elco ini untuk memastikan kestabilan dan penyaringan tegangan DC yang lebih baik, terutama pada bagian input daya dari aki atau akumulator.
  4. Resistor 4,7K ½ watt
    Resistor ini digunakan untuk membatasi aliran arus pada beberapa bagian rangkaian inverter, seperti pengaturan sinyal input ke IC atau untuk pengaturan kestabilan kerja transistor.
  5. Resistor 62K ½ watt
    Resistor 62K digunakan untuk mengatur besarnya tegangan pada rangkaian dan juga membantu mengatur sinyal pada sirkuit penggerak transistor. Nilai 62K ohm dipilih untuk memastikan inverter bekerja pada frekuensi yang tepat dan stabil.
  6. Resistor 100 ½ watt
    Resistor ini digunakan untuk membatasi arus pada beberapa bagian kecil dari rangkaian inverter. Biasanya, resistor 100 ohm dipasang pada bagian kontrol sinyal atau penghubung antar komponen elektronik.
  7. Kapasitor 220nF
    Kapasitor ini berfungsi untuk menstabilkan tegangan pada rangkaian inverter dan mengurangi noise atau gangguan yang dapat mempengaruhi kinerja inverter, terutama di bagian frekuensi tinggi.
  8. Kapasitor 1nF
    Kapasitor 1nF digunakan untuk filtering dan pengaturan frekuensi sinyal pada rangkaian inverter. Komponen ini membantu menjaga kualitas sinyal yang dikendalikan oleh IC dan transistor.
  9. Kapasitor 220nF (Opsional)
    Kapasitor ini juga berfungsi untuk filtering, namun bersifat opsional dan digunakan jika dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas sinyal AC yang dihasilkan oleh inverter.
  10. LED (Opsional)
    LED atau Light Emitting Diode digunakan untuk memberikan indikasi visual ketika inverter bekerja. LED ini dapat menunjukkan status aktif atau bekerja dengan menyala pada saat inverter berfungsi, meskipun komponen ini opsional dan tidak berpengaruh langsung pada kinerja inverter.
  11. IC 555
    IC 555 adalah komponen utama dalam inverter yang digunakan untuk menghasilkan gelombang persegi (square wave). IC 555 mengatur frekuensi dan pengendalian sinyal dari inverter, memastikan inverter dapat menghasilkan gelombang AC yang stabil. IC ini digunakan untuk memodulasi sinyal dan mengontrol transistor.
  12. Transistor TIP41
    Transistor TIP41 adalah transistor jenis NPN yang digunakan untuk memperkuat sinyal penggerak dari IC 555, mengalirkan arus yang lebih besar ke trafo. Komponen ini berperan penting dalam mengubah sinyal DC menjadi AC dengan memodulasi daya untuk trafo.
  13. Transistor TIP42
    Transistor TIP42 adalah transistor jenis PNP yang bekerja berpasangan dengan transistor TIP41. Keduanya membentuk rangkaian push-pull yang menggerakkan trafo, memastikan inverter menghasilkan output tegangan AC 220V dengan frekuensi yang sesuai.

Dengan kombinasi komponen-komponen tersebut, inverter mampu mengubah tegangan DC 12V menjadi tegangan AC 220V yang diperlukan untuk menyalakan peralatan rumah tangga. Pemilihan komponen yang tepat dan penataan rangkaian yang rapi sangat penting untuk memastikan inverter bekerja dengan efisien dan stabil.

Skematik Rangkaian

Skema Rangkaian Inverter sederhana dapar dilihat pada gambar berikut :

Cara Kerja Rangkaian

Rangkaian inverter sederhana ini memanfaatkan IC 555 sebagai pembangkit gelombang kotak (square wave). IC 555 bekerja untuk menghasilkan gelombang dengan frekuensi sekitar 50 Hz, yang merupakan frekuensi standar untuk tegangan listrik di Indonesia (sesuai dengan frekuensi jaringan listrik PLN). Selain itu, IC 555 menghasilkan gelombang dengan duty cycle sekitar 52%, yang mendekati nilai yang digunakan oleh sistem PLN untuk memastikan kestabilan aliran daya.

Gelombang kotak yang dihasilkan oleh IC 555 memiliki arus yang relatif lemah dan tegangan hanya sekitar 5V, sehingga untuk menguatkannya diperlukan transistor. Di sini, transistor TIP41 (jenis NPN) dan TIP42 (jenis PNP) digunakan untuk membentuk rangkaian Push-Pull. Rangkaian Push-Pull memungkinkan kedua transistor ini bekerja secara bergantian, memperkuat sinyal dari IC 555. Dengan cara ini, tegangan dan arus dari sinyal gelombang kotak dapat diperbesar, mengubahnya dari 5V menjadi 12V dengan arus yang lebih besar, sesuai kebutuhan untuk menggerakkan trafo.

Arus yang telah dikuatkan ini kemudian digunakan untuk memberi daya pada Trafo non-CT. Trafo ini berfungsi untuk menghasilkan medan magnet pada kumparan primernya ketika arus mengalir. Saat sinyal input berada pada level 0V, medan magnet yang dihasilkan pada kumparan primer akan dipindahkan ke kumparan sekunder. Melalui prinsip induksi elektromagnetik, medan magnet yang diserap oleh kumparan sekunder akan menghasilkan tegangan yang lebih tinggi. Nilai tegangan yang dihasilkan oleh kumparan sekunder ini tergantung pada rasio lilitan antara kumparan primer dan sekunder, dan dalam hal ini akan menghasilkan tegangan AC 220V yang digunakan untuk menyalakan perangkat elektronik.

Sebagai indikator, rangkaian ini dilengkapi dengan LED yang diserikan dengan kapasitor. LED ini akan menyala ketika rangkaian inverter bekerja, memberikan indikasi visual bahwa inverter telah aktif. Meskipun LED ini bersifat opsional, disarankan untuk menggunakannya sebagai tanda bahwa inverter berfungsi dengan baik. Jika tidak digunakan, rangkaian tetap dapat berfungsi normal tanpa pengaruh signifikan pada kinerja inverter.

BACA JUGA :

Penutup

Skema inverter DC 12V to AC 220V sederhana yang telah dibahas di atas merupakan solusi efisien dan praktis untuk mengonversi energi listrik dari sumber daya DC, seperti aki atau akumulator, menjadi listrik AC yang dapat digunakan untuk perangkat elektronik.

Dengan menggunakan komponen-komponen dasar seperti IC 555, transistor TIP41 dan TIP42, serta trafo non-CT, inverter ini dapat menghasilkan output AC 220V yang stabil dengan frekuensi 50 Hz, mirip dengan listrik PLN.

Meskipun rangkaian ini cukup sederhana, pemahaman tentang cara kerja dan pengaturan komponen sangat penting untuk memastikan inverter berfungsi dengan baik dan aman.

Dengan menerapkan skema ini, Anda dapat membuat inverter murah dan efektif untuk berbagai aplikasi, seperti sistem tenaga surya kecil atau kebutuhan cadangan daya di tempat tanpa listrik.

Semoga artikel elektronikindo.com ini dapat memberikan wawasan dan panduan yang berguna dalam merakit inverter DC to AC yang dapat diandalkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *