Mengenal IC 555

√ Mengenal IC 555: Pengertian, Fungsi dan Konfigurasinya Lengkap

Posted on

Elektronikindo.com – √ Mengenal IC 555: Pengertian, Fungsi dan Konfigurasinya Lengkap. IC 555 adalah salah satu komponen elektronika yang paling populer dan sering digunakan dalam berbagai aplikasi. Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 oleh Hans R. Möser, IC ini telah menjadi pilihan utama bagi banyak insinyur dan hobiis karena fleksibilitas dan kemampuannya dalam menghasilkan sinyal waktu yang akurat.

IC 555 dikenal sebagai timer yang dapat bekerja dalam berbagai mode, seperti monostabil, astabil, dan bistabil, yang memungkinkan penggunaannya dalam rangkaian pembangkit pulsa, pengatur waktu, dan bahkan rangkaian digital. Dengan hanya sedikit komponen eksternal, IC ini dapat diubah fungsinya untuk memenuhi kebutuhan aplikasi yang beragam.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang pengertian IC 555, fungsinya, serta berbagai konfigurasi yang dapat diterapkan dalam proyek elektronika. Penjelasan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang cara kerja IC 555 serta bagaimana IC ini dapat dimanfaatkan dalam pembuatan rangkaian elektronik yang lebih kompleks. Mulai dari penggunaan dasar hingga aplikasi canggih, artikel ini akan membahas segala aspek terkait IC 555 agar pembaca dapat lebih mengenal potensi dan cara pengoperasiannya dalam dunia elektronika.

Mengenal IC 555

IC Timer 555 adalah sirkuit terintegrasi yang sangat populer dan banyak digunakan dalam berbagai aplikasi elektronika, seperti penundaan waktu, modulasi pulsa, osilator, dan elemen flip-flop. Dikenal karena kemudahan penggunaannya, IC ini dapat beroperasi dalam tiga mode utama, yaitu monostabil, astabil, dan bistabil. Mode monostabil memungkinkan IC 555 berfungsi sebagai timer, menghasilkan pulsa tunggal dengan durasi yang dapat disesuaikan, sementara mode astabil memungkinkan IC ini bekerja sebagai osilator, menghasilkan sinyal pulsa kontinu yang digunakan dalam berbagai aplikasi seperti frekuensi generator. Mode bistabil berfungsi sebagai flip-flop, di mana IC dapat menyimpan dan mengubah status outputnya berdasarkan input.

IC 555 terdiri dari beberapa komponen internal seperti resistor, transistor, dan kapasitator yang bekerja secara terkoordinasi untuk menghasilkan sinyal dengan ketepatan waktu yang sangat baik. Salah satu fitur menarik dari IC 555 adalah kemampuannya untuk menyediakan penundaan waktu yang sangat akurat, yang menjadikannya ideal untuk aplikasi yang membutuhkan pengaturan waktu atau delay. Dalam satu paket, derivatif IC 555 menyediakan empat sirkuit waktu yang berbeda, yang memungkinkan berbagai konfigurasi dan aplikasi, mulai dari penghitung waktu sederhana hingga rangkaian yang lebih kompleks. Kepraktisan ini menjadikan IC 555 sebagai salah satu komponen yang paling banyak digunakan di dunia elektronika, baik dalam proyek hobi maupun aplikasi industri.

Sejarah Chip IC 555

Chip IC Timer 555 diciptakan oleh Hans Camenzind, seorang insinyur elektronik asal Swiss, pada tahun 1970 saat dia bekerja untuk perusahaan Signetics (sekarang bagian dari ON Semiconductor). Proses desain chip ini memakan waktu sekitar satu tahun, di mana Camenzind menghabiskan waktu yang cukup lama untuk merancangnya secara manual, menggunakan rubylith—sebuah bahan transparan yang digunakan untuk menggambar pola pada sirkuit cetak. Proses tersebut jauh lebih memakan waktu dibandingkan dengan teknik desain yang digunakan saat ini, yang sudah menggunakan perangkat lunak komputer canggih. Meskipun tantangan desain ini, hasil akhirnya adalah sebuah chip yang revolusioner, yang membuka jalan bagi kemajuan lebih lanjut dalam dunia elektronik.

Setelah dirilis, IC Timer 555 segera memperoleh popularitas karena kemudahan penggunaannya dan fleksibilitas yang ditawarkannya dalam berbagai aplikasi elektronika, mulai dari penundaan waktu hingga osilator dan rangkaian flip-flop. Seiring berjalannya waktu, IC 555 menjadi salah satu chip paling banyak digunakan di dunia, dengan miliaran unit yang terpasang di berbagai perangkat elektronik. Banyak orang yang baru memulai perjalanan mereka di dunia elektronika mengenal timer 555 terlebih dahulu, menjadikannya sebagai salah satu komponen pertama yang mereka gunakan. Dalam banyak hal, IC 555 menjadi gerbang bagi banyak insinyur dan hobiis untuk mengeksplorasi dunia sirkuit terpadu (IC), dengan kemampuannya yang serbaguna dan mudah dipahami, serta harganya yang terjangkau.

Susunan dan Konfigurasi Kaki IC 555

Berikut adalah susunan dan konfigurasi kaki pada IC 555 yang berbentuk paket DIP 8 kaki:

  1. Kaki 1 (GND): Terminal Ground atau terminal negatif dari sumber tegangan DC.
  2. Kaki 2 (TRIG): Terminal Trigger (Pemicu), berfungsi untuk memicu output menjadi “High”. Output akan beralih ke kondisi “High” ketika level tegangan pada kaki Trigger ini turun dari High menuju lebih kecil dari 1/3 Vcc.
  3. Kaki 3 (OUT): Terminal Output (Keluaran), yang memiliki dua kondisi yaitu “High” (Tinggi) dan “Low” (Rendah).
  4. Kaki 4 (RESET): Terminal Reset. Jika kaki ini digroundkan, output IC akan menjadi “Low” dan perangkat akan dimatikan. Untuk menjaga IC dalam kondisi aktif, kaki 4 biasanya diberi sinyal “High”.
  5. Kaki 5 (CONT): Terminal Control Voltage (Pengatur Tegangan), yang memberikan akses ke pembagi tegangan internal. Secara default, tegangan kontrol ini adalah 2/3 Vcc.
  6. Kaki 6 (THRES): Terminal Threshold, berfungsi untuk mengubah output menjadi “Low”. Output akan beralih ke kondisi “Low” ketika tegangan pada kaki Threshold ini naik dari “Low” menuju lebih besar dari 1/3 Vcc.
  7. Kaki 7 (DISCH): Terminal Discharge. Saat output dalam kondisi “Low”, impedansi kaki 7 adalah “Low”, sementara saat output “High”, impedansi kaki 7 adalah “High”. Terminal ini biasanya dihubungkan dengan kapasitor yang mengatur interval waktu. Kapasitor akan mengisi dan membuang muatan sesuai dengan perubahan impedansi pada kaki 7, yang menentukan interval pewaktuan IC 555.
  8. Kaki 8 (Vcc): Terminal positif sumber tegangan DC, dengan kisaran tegangan sekitar 4,5V hingga 16V.

Fungsi IC 555

Sirkuit terpadu 555 sering disebut sebagai “pengatur waktu 555”, namun sebenarnya itu hanya salah satu dari banyak kegunaannya. IC 555 dapat berfungsi sebagai baik timer maupun osilator. Sebagai osilator, IC 555 dapat menghasilkan gelombang listrik konstan, seperti gelombang sinusoidal atau gelombang persegi, yang digunakan dalam berbagai aplikasi untuk menghasilkan frekuensi tetap. Sebagai timer, IC 555 menghasilkan pulsa pada interval tertentu yang bergantung pada komponen eksternal yang terpasang, seperti resistor dan kapasitor, yang menentukan durasi sinyal atau waktu tunda yang dibutuhkan.

Chip 555 memiliki tiga mode utama operasi yang memungkinkan penggunaannya dalam berbagai aplikasi elektronik:

1. Mode Monostabil (Pembangkitan Pulsa “Satu Tembakan”)

Dalam mode ini, IC 555 berfungsi sebagai pembangkit pulsa tunggal atau “one-shot” pulse generator. Ketika dipicu, output IC 555 akan menghasilkan satu pulsa dengan durasi tertentu yang ditentukan oleh resistor dan kapasitor yang terpasang pada rangkaian. Mode monostabil sering digunakan untuk aplikasi seperti pengaturan waktu, penundaan, dan pemicu satu kali pada berbagai sistem.

2. Mode Astabil (Pengeluaran Pulsa Terus-Menerus)

Dalam mode astabil, IC 555 berfungsi sebagai osilator yang menghasilkan aliran pulsa kontinu pada interval yang teratur. Mode ini sering digunakan dalam aplikasi yang memerlukan sinyal pulsa berulang, seperti dalam rangkaian clock, generator frekuensi, atau sebagai dasar untuk menghasilkan gelombang persegi yang digunakan dalam berbagai sirkuit digital dan analog.

3. Mode Bistabil (Pemicu Schmitt)

Mode bistabil memungkinkan IC 555 bertindak seperti flip-flop atau pemicu Schmitt, yang memiliki dua keadaan stabil: “High” dan “Low”. Dalam mode ini, output IC 555 akan tetap berada pada salah satu dari kedua keadaan tersebut sampai ada perubahan input yang memicu transisi. Mode ini digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan penyimpanan data atau pengendalian status, seperti dalam rangkaian penyimpanan atau saklar digital.

Dengan ketiga mode utama ini, IC 555 memberikan fleksibilitas luar biasa dalam berbagai aplikasi elektronika, dari pengatur waktu sederhana hingga sistem osilasi yang lebih kompleks.

Skematic Rangkaian

Rangkaian Clock dapat dilihat pada gambar berikut :

Prinsip Kerja

Pada skematik, rangkaian terdiri dari sebuah IC 555, dua buah resistor, dan sebuah kapasitor elektrolit (C1). Saat rangkaian diaktifkan, kapasitor C1 mulai mengisi muatannya melalui resistor R1 dan R2. Kapasitor ini terus mengisi hingga tegangan pada C1 mencapai lebih dari 2/3 dari Vcc. Misalnya, jika tegangan kerja adalah 5V, maka kapasitor akan mengisi hingga mencapai 2/3 x 5V = 3,33V. Selama proses pengisian ini, output pada pin 3 IC (kaki output) berada dalam keadaan HIGH.

Ketika tegangan pada C1 sedikit menurun dari 3,33V, transistor internal yang terhubung ke pin 7 IC akan aktif, memungkinkan muatan pada C1 dibuang ke pin 7 hanya melalui resistor R2. Tegangan pada C1 akan turun hingga sedikit di bawah 1/3 Vcc (sekitar 1,6V). Saat kapasitor C1 mengosongkan muatannya, output pada pin 3 IC akan berubah menjadi LOW. Ketika tegangan pada C1 turun di bawah 1/3 Vcc, transistor internal pada pin 7 akan terputus, dan kapasitor C1 mulai mengisi muatan lagi hingga mencapai 2/3 Vcc, menciptakan siklus yang terus berulang.

Kerja rangkaian ini dapat dihentikan dengan menghubungkan pin 4 (Reset) ke Ground, yang akan menyebabkan output pada pin 3 tetap berada pada keadaan LOW. Prinsip kerja di atas menunjukkan bahwa kapasitor mengisi muatan melalui kedua resistor R1 dan R2, namun kapasitor hanya mengosongkan muatannya melalui R2. Perbedaan resistansi ini menyebabkan perbedaan waktu saat kapasitor mengisi dan mengosongkan muatan, yang memengaruhi interval waktu pada output pin 3 IC. Perbedaan waktu antara keadaan HIGH dan LOW pada output ini dikenal dengan istilah Duty Cycle (Siklus Tugas), yang merujuk pada rasio waktu di mana output berada dalam keadaan HIGH dibandingkan dengan LOW dalam satu siklus penuh.

Frekuensi dan Duty Cycle

Frekuensi adalah jumlah siklus gelombang yang dihasilkan dalam satu detik, dan diukur dalam satuan Hertz (Hz). Sementara itu, Duty Cycle mengacu pada perbedaan waktu antara sinyal yang berada dalam kondisi logika High dan Low, yang dinyatakan dalam persen (%). Semakin besar nilai Duty Cycle, semakin panjang durasi sinyal dalam kondisi High. Pada rangkaian IC 555, kita dapat mengatur nilai frekuensi dan Duty Cycle dengan menyesuaikan nilai resistor R1, R2, dan kapasitor C1.

Rumus menghitung Frekuensi IC 555 adalah :

  • F = 1,44 / {(R1 + 2R2) * C1}

Pada Skema diatas diketahui Nilai R1 = R2 = 10K ohm, C1= 10uF. Maka Frekuensinya adalah :

  • F = 1,44 / {(10K + 2.10K)* 0.00001F}

*nilai 10uF diubah menjadi farad = 0.00001F

  • F = 1,44 / {0.3}
  • F = 4.8Hz

Untuk duty Cycle Rumusnya adalah :

  • D = ((R1 + R2 )* 100) / (R1 + 2R2 )
  • D = ((10K + 10K)*100 ) / (10K + 2.10K)
  • D = 2000K / 30K
  • D = 66.6 %

BACA JUGA :

Penutup

Sebagai salah satu komponen elektronik yang paling serbaguna dan banyak digunakan, IC 555 menawarkan berbagai aplikasi yang tidak hanya terbatas pada pengaturan waktu, tetapi juga sebagai osilator dan elemen flip-flop.

Dengan kemampuannya untuk menghasilkan sinyal yang presisi dan kestabilan tinggi, IC 555 telah membuktikan dirinya sebagai komponen yang vital dalam berbagai rangkaian elektronika, baik dalam dunia industri maupun hobi.

Pemahaman tentang konfigurasi dan prinsip kerjanya memberikan banyak peluang bagi para insinyur dan hobiis untuk merancang rangkaian yang lebih inovatif dan efisien.

Dengan berbagai mode operasi yang dimilikinya, IC 555 tetap relevan dan menjadi pilihan utama dalam pengembangan teknologi elektronik modern.

Demikianlah artikel elektronikindo.com yang membahas tentang √ Mengenal IC 555: Pengertian, Fungsi dan Konfigurasinya Lengkap. Semoga artikel kami dapat bermanfaat dan terimakasih telah membaca artikel ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *